SULSELNEWS.NET —–TAK semua kekalahan dalam Pilkada membuat kesedihan, patah hati dan sebagainya. Ada kekalahan yang berbuah kemenangan. Tergantung bagaimana menyikapi kekalahan itu. Kekalahan menghasilkan pengalaman. Yang sangat berharga. Dan pengalaman membentuk ekspektasi. Kuncinya:ikhlas.
Itu bukan kata saya. Tapi, pengalaman dari mereka yang sudah pernah kalah dan gagal dalam kontestasi demokrasi kita yang sangat melelahkan dan menguras energi, pikiran serta materi. Mereka tak patah arang, bahkan sebaliknya menemukan “titik balik”.
Diantara Pilkada serentak 2024 kemarin, di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang cukup mencuri perhatian dan fenomenal adalah Taqyuddin Djabbar. Pria yang akrab disapa dengan TQ ini setidaknya dua kali gagal di Pilkada kota Parepare. Dua kali “kegagalan” tak membuatnya kapok. Apalagi menyurutkan semangatnya bertarung kembali.
“Saat ini kita _colling down_ dulu menata kembali aktivitas bisnis dan usaha yang selama ini menjadi _concern_ saya,” ujarnya saat bertemu di sebuah kedai kopi di selatan kota Makassar, Sabtu (19/4/2025).
Pagi menjelang siang hari itu, sesekali senyumnya mengembang menggambarkan sebuah ekspresi wajah yang menunjukkan kegembiraan atau kebahagiaan yang muncul secara tiba-tiba atau tidak teratur. Ini bisa berarti senyum yang sesekali saja muncul, tetapi ketika muncul, ia terlihat cerah dan lebar.
Seperti anda sudah tahu yang pertama pada Pilwali kota Parepare 2013. Ia berpasangan dengan Herman Zain Katoe. Kalah. Maju lagi pilwali 2018. Bahkan saat itu, TQ gagal sebelum bertanding karena tak dapat partai politik pengusung dan kemudian di Pilwali 2024 diusung tiga partai politik, TQ berduet dengan Andi Nurhaldin NH sebagai cawalkot Parepare. Nasib belum berpihak kepadanya.
Bagi pria kelahiran Parepare, 6 September 1968 ini, bahwa gagal sukses, kalah menang dalam kontestasi politik sebenarnya hal biasa. Karena sentimen dan selera publik mudah berubah seiring dengan berlalunya waktu. Apalagi pemilihan umum dilakukan secara berkala, sehingga yang kalah dan menang hanya soal giliran saja.
Yang penting, menurut suami Nur Azizah dan ayah tiga anak ini, janganlah memaknai kekalahan itu sebagai kegagalan. Karena hakikatnya kekalahan adalah hikmah untuk melakukan evaluasi dan introspeksi tanpa harus mencari kambing hitam. ** *(Rusman Madjulekka)* .